AMBALAN PENEGAK
Ambalan Penegak idealnya
terdiri dari 12–32 Pramuka Penegak yang dibagi menjadi 3–4 sangga. Kata
"Ambalan" berasal dari bahasa Jawa "ambal-ambalan," yang
merujuk kepada kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan. Ambalan juga
dapat diartikan sebagai kelompok orang yang bekerja bersama dalam suatu
pekerjaan. Nama Ambalan Penegak biasanya diambil dari nama-nama pahlawan,
meskipun tidak tertutup kemungkinan juga diambil dari tokoh, kerajaan dalam
pewayangan, atau legenda. Pemilihan nama didasarkan pada kesepakatan anggota
Ambalan, sehingga memiliki makna dan kebanggaan bagi seluruh anggota Ambalan.
Tingkat kecakapan umum Pramuka
Penegak ditandai oleh tanda pundak yang terbuat dari kain dengan warna dasar
hijau tua. Tulisan dan gambar pada tanda tersebut dibuat dengan sulaman atau
logam berwarna kuning emas. Tanda tersebut berbentuk trapesium, berwarna dasar
hijau tua dengan panjang sisi 5 cm, sisi atas 4 cm, dan panjang kaki miring
kiri dan kanan masing-masing 7,5 cm. Di dalamnya terdapat gambar bintang sudut
lima, di bawahnya sepasang tunas kelapa yang berlawanan arah, dan di bawah
tunas kelapa terdapat tulisan "BANTARA" atau "LAKSANA."
Bintang bersudut lima
melambangkan bahwa Pramuka Penegak bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berpegang pada moral Pancasila. Tunas kelapa yang berlawanan arah menggambarkan
keselarasan dan kesatuan gerak Pramuka Penegak putra dan putri yang sedang membina
diri sebagai makhluk pribadi, sosial, dan makhluk Tuhan menuju cita-cita
bangsa.
Tanda di pundak menggambarkan
tanggung jawab berat yang harus dipikul sebagai anggota Gerakan Pramuka dan
kader pembangunan bangsa dan negara. "BANTARA" memiliki makna kader,
ajudan, pengawas pembangunan yang kuat, baik, terampil, dan bermoral Pancasila.
Sementara "LAKSANA" mengandung arti pemimpin muda yang sudah mampu
melaksanakan tugas pembangunan bangsa dan negara serta memiliki tanggung jawab
yang lebih besar.
No comments:
Post a Comment